Tag

, , , , , , , ,

Kesibukan amai-amai di dapur

Kesibukan amai-amai di dapur

Kawan, ada satu kisah yang terlupakan oleh ku. Yakni perihal pernikahan uda ku. Tentunya kalian telah membaca tulisan perihal Akad Uda Ku. Namun tahukah kalian serupa apa adat resam di kampung kami dalam menyelenggarakan suatu pernikahan itu? berkenankah kalian pabila aku kisahkan?

Sebulan sebelum pernikahan perdana di keluarga kami, aku, ibu, papa, dan abang telah sibuk. Akan halnya dengan uda masihlah bekerja di tempat dia berdinas di Kota Sawahlunto. Beberapa bahan kebutuhan dapur yang dapat diangsur untuk membelinya, telah dimulai dibeli oleh ibu. Seperti karambia (kelapa), saka,[1]bawang, dan lain sebagainya. Aku sangatlah sibuk sekali, bolak-balik ke Pasar Bukittinggi guna membeli segala kebutuhan tersebut. Sebab tidak semuanya tersedia dengan lengkap di Pakan Salasa di kampung kami.

Sedangkan papa, sibuk pula mempercantik rumah kami. Salah satu misi terberat papa ialah menambah bangunan kandang oto[2] guna dijadikan sebagai dapur tambahan untuk acara memasak nantinya. Adapun dengan abang, dia menjadi sopir serap, menggantikan papa di kedai kami yang terletak di sebelah rumah.

Sekitar empat hari sebelum baralek[3] di rumah ku diadakan acara mangalamai[4]. Ramai etek-etek yang datang ke rumah untuk membantu. Mulai dari kerabat dekat seperti bako ku dan bako ibu, isteri dan anak mamak, etek-etek serta maktuo sesuku, dan kerabat lainnya. Acara mengalamai ini berlangsung hanya selama satu hari saja.

Akan halnya dengan marandang[5] juga berlangsung beberapa hari bahkan sampai malam. Hanya saja tidak semua etek, maktuo, dan kerabat lainnya yang ikut. Hanya beberapa orang saja yang tinggal bermalam di rumah kami.

Sedang mengaduk kalamai

Sedang mengaduk kalamai

Kawan, sebelum acara mangalamai dan marandang ini diadakan, ibu ku terlebih dahulu mendatangi rumah kerabat-kerabat kami tersebut. Menyatakan kabar telah jatuh masanya bagi uda ku untuk baralek dan tanggalpun telah ditetapkan. Dan untuk itu semua marandang dan mangalamai akan diadakan pada hari yang telah ditentukan.

Maksudnya ialah mengundang kerabat-kerabat kami yang perempuan tersebut untuk datang membantu di dapur. Begitulah adat resam di kampung ku, dan aku yakin tidak hanya di kampung ku, di kampung kalianpun pastilah ada juga kawan. Hanya saja arus perubahan yang kata orang sekarang globalisasi atau orang kita yang hilang akal kata kemajuanlah yang membuat semua kebiasaan luhur tersebut hilang ditelan zaman.

Kalamai yang masih hangat di ambil dari kuali

Kalamai yang masih hangat di ambil dari kuali

Sekitar lima hari sebelum baralek, dikirimlah beberapa orang dunsanak kami berpasangan untuk maimbau urang[6]. Walau telah dirancang jauh-jauh hari, tetap saja masih banyak yang terlupakan orang untuk diundang. Hal ini ada yang diketahui cepat sebelum acara baralek namun banyak juga yang ketahuan selepas acara baralek.

Begitulah persiapan di rumah ku, sungguh ramai rumah kami, riuh-rendah dengan suara amai-amai. Tertawa riang, senda-gurau, dan lain sebagainya. bahkan pertikaian atau selisih fahampun ikut menjadi bumbu dalam perhelatan kami ini. Namun hal tersebut tidak mengurangi kebahagiaan kami. Semuanya senang karena sebentar lagi akan memiliki menantu baru. Begitulah adat di kampung kami, semuanya dilakukan bersama, syukur hingga kini sistem katering belum sampai ke kampung kami. Kalau sampai ada, itu merupakan pertanda bahwa orang yang memiliki hajat tidak memiliki dunsanak di kampung. Kawan, tak ada orang Minangkabau yang tak memiliki dunsanak.

Kalamai yang sudah ditata dalam cetakan kemudian didinginkan.

Kalamai yang sudah ditata dalam cetakan kemudian didinginkan.

Sekitar sepekan sebalum baralek aku dan uda beriringan sakit. Akibatnya aku tak dapat membantu di dapur. Yang membuat ku sedih ialah bertepatan pula dengan acara mangalamai dan marandang. Beberapa hari aku terpaksa berdiam di atas tempat tidur ku.

Kawan, ada yang terlupakan oleh ku. Tepat enam hari sebelum baralek, dimana aku sedang terbaring keletihan karena sakit, ketika itu hari Ahad, bertepatan pula dengan diadakannya Acara Bakumpua Basamo. Acara ini hanya dihadari oleh kerabat dekat, para mamak, etek, dan maktuo. Tujuan acara ini ialah semacam brifing dimana membicarakan teknis acara baralek termasuk penunjukan sesiapa saja yang akan pergi maimbau urang nanti, dan lain sebagainya.

Kalamai yang telah jadi sedang didinginkan dan kemudian disimpan.

Kalamai yang telah jadi sedang didinginkan dan kemudian disimpan.

Begitulah kawan, untuk sementara ini itu dahulu, sabar kawan, nantilah aku lanjutkan..


[1] Ada yang menyebutnya dengan gula enau.

[2] Garase, garasi

[3] Kenduri, helat

[4] Membuat kalamai atau ada juga yang menyebutnya dengan galamai, salah satu makanan khas kami orang Minangkabau.

[5] Membuat rendang

[6] Mengundang, bagi yang lelaki membawa rokok dan perempuan membawa sirih lengkap.